BAB 9 PENGENDALIAN INTERNAL
Pengendalian Internal
·
Pengendalian
Suhu
Berikut ini contoh perilaku yang sekilas
membingungkan, tetapi masuk akal jika dipandang dari sisi pengendalian suhu.
Pernahkah
kita memperhatikan burung camar dan burung-burung besar lainnya yang berdiri
dengan satu kaki ? Mengapa mereka melakukan hal tersebut ?
Jawabannya,
mereka melakukan hal tersebut apabila kaki mereka kedinginan. Dengan melipatkan
salah satu kaki mendekati tubuh, akan menghangatkan kaki tersebut.
Ø Homeostatis dan Alostasis
Homeostasis merupakan kecenderungan untuk mempertahankan kondisi tubuh, Suhu tubuh, lapar dan haus merupakan proses
homeostasis, tetapi nilai yang dikehendaki beerubah sesuai kondisi lingkungan.
Psikolog Walter B. Cannon pada tahun 1929 memperkenalkan istilah
homeostatis. Istilah ini merujuk pada pengendalian suhu dan berbagai proses
biologi yang mempertahankan keadaan tubuh tertentu dalam kisaran tertentu.
Proses homeostasis yang memicu aktivitas fisologi dan perilaku untuk
mempertahankan kondisi tubuh dalam kisaran tertentu. Pada kebanyakan kasus,
kisaran yang ada sangatlah sempit dengan demikian sering disebut sebagai nilai
yang dikehendaki, yaitu nilai yang dipertahankan oleh tubuh.
Sebagai contoh, jika makanan yang kita konsumsi rendah kalsium dan
konsentrasi kalsium dalam darah menurun hingga di bawah 0,16 g/L (gram per
liter), maka kalsium akan diekresikan dari tempat penyimpanannya di dalam
tulang. Mekanisme dengan analogi yang sama berlangsung untuk mempertahankan
kandungan air, oksigen, glukosa, natrium klorida, protein, lemak, dan keasaman
darah (Cannon, 1929).
Akan tetapi, nilai yang dikehendaki dalam tubuh mengalami perubahan dari
waktu ke waktu (Mrosovsky, 1990). Tubuh kita mempertahankan suhu yang lebih
tinggi di sore hari dari pada di tengah malam, meskipun suhu ruangannya sama. Pada
situasi yang tidak kita sangka, kita akan mulai berkeringat bahkan sebelum
melakukan aktivitas yang menyebabkan kita berkeringat. Para peneliti menggunakan
istilah alostasis (berasal dari bahasa Yunani yang berarti variabel berdiri)
untuk menggambarkan perubahan dinamis pada nilai yang di kehendaki sebagai
bentuk respons terhadap kehidupan pendukung tubuh tersebut atau perubahan
lingkungan (McEwen, 2000).
Ø Pengendalian Suhu Tubuh
Manusia pada masa dewasa awal menghabiskan sekitar 2.600 kilo kalori
(kcal) per hari. Lalu, kemana semua energi tersebut ditujukan ? Energi tersebut
tidak ditujukan unutuk pergerakan otot atau aktivitas pikiran. Kita menggunakan
sekitar dua pertiga yang ada untuk metabolisme basal, yaitu energi yang
digunakan untuk mempertahankan suhu tubuh konstan dalam keadaan istirahat
(Burton, 1994).
Sebagian besar hewan amfibi, reptile dan ikan adalah hewan poikilotermik
(yaitu suhu tubuh hewan-hewan tersebut sama menyesuaikan dengan suhu
lingkungannya.
Mamalia dan burung adalah hewan homeotermik. Mereka menggunakan
mekanisme fisiologis unutk mempertahankan suhu tubuh yang hamper konstan pada
kisaran suhu lingkungan yang besar.
Manusia memanfaatkan mekanisme perilaku, sama halnya dengan hewan
poikilotermik. Bahkan, jika keadaan memungkinkan, mekanisme perilakulah yang
menjadi andalan kita. Semakin kita mengandalkan pengendalian suhu kepada
mekanisme prilaku, semakin rendah kebutuhan kita terhadap mekanisme fisiologis
yang menghabiskan energi (Refinetti & Carlisle, 1986).
-
Manfaat
Suhu Tubuh Tinggi yang Konstan
Kita
menghabiskan dua per tiga total energi untuk mempertahankan suhu tubuh
(metabolisme basal). Jika kita tidak mempertahankan suhu tubuh tinggi yang
konstan, maka kita dapat makan lebih sedikit dan mengeluarkan usaha yang lebih
sedikit untuk mencari makanan.
-
Mekanisme
Otak
Semua perubahan
fisiologis yang mempertahankan suhu tubuh misalnya menggigil, berkeringat dan
perubahan aliran darah menuju kulit secara keseluruhan bergantung pada
bagian-bagian tertentu di dalam dan di dekat hipotalamus yang terletak di
bagian dasar otak. Bagian hipotalamus terpenting dalam pengendalian suhu adalah
bagian anterior dan praoptik yang terletak di anterior sisi anterior
hipotalamus (bagian tersebut disebut bagian praoptik karena terletak dekat
dengan kiasma optic, lokasi persilangan saraf optic). Oleh karena eratnya
hubungan antara bagian praoptik dan bagian anterior hipotalamus, kedua bagian tersebut
terkadang dikenal sebagai satu bagian tunggal yang disebut preoptic
area/anterior hypothalamus (POA/AH).
-
Demam
Infeksi bakteri
dan virus umumnya menyebabkan demam, yaitu suatu peningkatan suhu tubuh. Demam
bukan bagian penyakit itu sendiri, melainkan pertahanan tubuh melawan penyakitu tersebut. Demam
mempresentasikan peningkatan suhu tubuh dari nilai yang dikehendaki. Sama
ketika tubuh kita menggigil atau berkeringat apabila suhu tubuh kita turun atau
naik dari nilai normalnya, yaitu 37’C. saat kita mengalami demam, dengan suhu
39’C misalnya, maka tubuh kita akan menggigil atau berkeringat kapanpun suhu
tubuh berubah dari nilai tersebut. Berpindah ke ruangan yang lebih dingin tidak
menurunkan demam, justru ruangan yang dingin membuat tubuh kita harus bekerja
lebih berat untuk mempertahankan suhu demam tersebut.
·
Haus
Sekitar 70% bagian dari tubuh manusia terdiri
dari air. Individu mungkin dapat bertahan tanpa makan selama berminggu-minggu, tetapi
tidak akan bertahan lama tanpa air.
Ø Mekanisme Pengendalian Kandungan Air
Tiap spesies memiliki cara yang berbeda untuk mempertahankan jumlah
kandungan air yang mereka butuhkan. Manusia menerapkan strategi tergangantung
pada situasi. Kita kita menemukan air untuk diminum atau jika air minum terasa
aneh, maka kita akan mengonservasi air dengan cara mengeluarkan urin
berkonsentrasi lebih tinggi, mengurangi keringat dan respon otonomi lainnya.
Ø Haus Osmotik
Ketika kita kehingan cairan, misalnya berdarah atau berkeringat, hal
tersebut akan memicu haus hipovolemik. Sedangkan ketika memakan makanan yang
asin akan menyebabkan haus osmotic. Dua tipe rasa haus ini akan mendorong
perilaku yang berbeda.
Jika
kita memakan makanan asin , maka ion natrium akan menyebar ke darah dan cairan
ekstraselular. Ion tersebut tidak dapat melintasi membrane dan masuk ke dalam
sel. Karenanya, konsentrasi molekul terlarut di luar sel lebih tinggi dari pada
di dalam sel. Ini di sebut sebagai tekana osmotik, yang menarik air keluar dari
sel menuju cairan ekstraselular. Neuron-neuron tertentu mendeteksi hilangnya
air dari dalam dirinya sehingga memicu haus osmotic yang membantu memulihkan ke
kondisi semula. Ginjal juga mengekresikan urin yang konsentrasinya lebih tinggi
untuk membuang natrium yang berlebih dan mempertahankan air sebanyak mungkin.
Lalu
bagaimana otak mendeteksi tekanan osmotic ? Otak mendapatkan informasi tersebut
dari reseptor dari ventreikel ketiga.
Ø Haus Hipovolemik
Jika
kita kehilangan cairan dalam tubuh dalam jumlah yang signifikan ketika berdarah,
diare atau berkeringat, maka kita tentu membutuhkan cairan, walaupun tidak ada
perubahan tekanan osmotic dalam tubuh kita. Jantung akan kesulitan memompa
darah ke otak dan nutrient tidak mengalir ke dalam sel dengan kecepatan normal.
Tubuh kita bereaksi dengan mengeluarkan hormon yang mempengaruhi konstriksi
pembuluh darah. Salah satu contoh hormone tersebut adalah vasopressin, contoh
lainnya adalah angiotensin II. Seperti halnya vasopresin, angiotensin II
mengontriksi pembuluh darah untuk mengompensasi penurunan tekanan darah.
Ø Perbandingan antara Haus Osmotik dan
Hipovolemik
·
Lapar
Tiap spesies memiliki strategi yang berbeda
dalam mengatur porsi makan. Manusia memakan makanan lebih banyak dari pada yang
dibutuhkan. Tetapi, manusia tidak makan berlebihan layaknya beruang, paling
tidak hal tersebut bukan merupakan seuatu keharusan. Memilih jenis makanan dan
menentukan seberapa porsi makan adalah keputusan yang penting. Untuk melakukan
proses tersebut, kita memiliki beragam mekanisme otomatis dam mekanisme yang
perlu dipelajari.
Ø Bagaimana Sistem Pencernaan Mempenaruhi Pilihan
Makanan
Ulasan singkat mengenai system pencernaan makanan, seperti yang
digambarkan di bawah ini.
System pencernaan berfungsi untuk memecah makan menjadi molekul yang
lebih kecil sehingga dapat dimanfaatkan oleh sel-sel. Pencernaan diawali dari
mulut, di dalam mulut karbohidrat dipecah oleh enzim yang terkandung di saliva.
Makanan yang telah di telan akan bergerak turun ke esofagus menuju perut. Di
dalam perut, makanan bercampur dengan asam klorida da enzim pencerna protein.
Perut menyimpan makanan unutuk waktu yang singkat, kemudian pada pangkal perut,
otot sfinkter membuka dan makanan akan masuk ke dalam usus halus.
Usus
halus memiliki enzim-enzim yang mencerna protein, lemak dan karbohidrat. Usus
halus juga merupakan lokasi penyerapan materi hasil pencernaan makan ke dalam
peredaran darah. Selanjutnya darah akan membawa zat-zat kimia tersebut menuju
sel-sel tubuh untuk langsung digunakan atau disimpan agar dimanfaatkan di lain
waktu. Usus besar menyerap air dan mineral serta melubrikasi materi-matri sisa
untuk dikeluarkan sebagai fases.
Ø Mekanisme Otak
Bagaimana cara otak memutuskan kapan kita harus makan dan seberapa
banyak porsinya ? Hal ini sebetulnya juga tergantung pada kesehatan, suhu tubuh
dan beberapa factor lainnya. Otak harus menggabungkan informasi tersebut dan
“memutuskan” apakah lapar memiliki nilai yang lebih bermanfaat dari pada
kenyang. Bagian-bagian otak yang berperan penting dalam penentu keputasan
tersebut adalah beberapa neuklus dalam hipotalamus.
Gambar
berikut memperlihatkan bahwa terdapat banyak tipe informasi yang bermuara pada
dua jenis sel yang terletak dalam neuklus akurat.
Ø Gangguan Makan
Beberapa kemungkinan penyebab gangguan makan dengan memahami beberapa
pengaruh social dan budaya yang ada.
Sebagai contoh (de Castro, 2000), porsi makan tergantung pada waktu dan
kebudayan local. Di Amerika Seriakt, porsi makan malam lebih banyak dari porsi
makan siang. Di Prancis, porsi makan siang lebih banyak dari porsi makan malam.
Meskipun pengaruh budaya dalam asupan makanan memang besar, tetappi
tidak semua individu yang berbudaya memiliki sama memiliki pola makan atau
berat badan yang sama. Beberapa perbedaan antar individu tersebut berkaitan
denganproses biologis tubuh mereka.
-
Obesitas
Sebagian
dikendalikan oleh factor genetic, walaupun disemua kasus obesitas tidak ada
satu gen pun yang memiliki pengaruh lebih dari 5%. Efek gen tergantung pada
makanan apa yang tersedia. Individu cenderung makan berlebih ketika ada makanan
yang menurutnya enak, terutama makanan yang mengandung lemak dan karbohidrat.
-
Anoreksia
Nervosa
Adalah suatu
kondisi ketika seseorang menolak atau takut makan. Penyebabnya belum bisa
dipahami dengan jelas.
-
Bulimia
Nervosa
Ini ditandai
dengan berubahnya perilaku dari kurang makan hingga makan berlebih atau bahkan
lebih dari sebaliknya. Bulimia nervosa telah dibandingan dengan perilaku
ketergantungan, terutama efek ketika berhenti menggunakan obat, lalu kembali
menggunakannya.
DAFTAR PUSTAKA :
Kalat, J.W. (2012).Biopsikologi:Biological Psychology. Jakarta : Salemba
Humanika.
Komentar
Posting Komentar