BAB 10 PERILAKU REPRODUKSI
Perilaku Reproduksi
- Seks Dan Hormon
System saraf melakukan komunikasi langsung pada sinapsis. Untuk menyampaikan pesan secara meluas, system saraf memanfaatkan hormone.
Satu tipe hormone, yaitu hormone steroid memiliki empat cincin karbon, seperti yang di perlihatkan gambar berikut.
Steroid adalan turunan kolestrol. Kita sering kali diperingatkan mengenai bahaya kolestrol yang berlebih, tetapi kolestrol dalam jumlah yang menengah di butuhkan untuk menghasilkan hormon-hormon penting tersebut. Hormone steroid menjalankan fungsinya dengan tiga cara (Nadal, Diaz & Valverde, 2011). Pertama, mereka melekat pada membrane reseptor seperti halnya neurotransmitter. Kedua, mereka masuk ke dalam sel dan mengaktivasi protein-protein tertentu di sitoplasma. Ketiga, mereka melekat pada kromosom untuk untuk mengaktivasi gen-gen tertentu.
Hormone seks-hormon esterogen, progesterone dan androgen adalah hormone steroid kategori khusus. Hormone-hormon tersebut sebagian besar dilepaskan oleh gonad (testis dan ovarium) dan sebagian kecil dilepaskan oleh kelenjar adrenal. Umumnya kita merujuk androgen-kelompok hormone yang terdiri dari testosterone dan beberapa hormone lainnya sebagai “hormone laki-laki”, karena laki-laki memililki kadar yang lebih tinggi. Kelompok hormone estrogen-sebuah kelompok hormone yang terdiri dari estradiol dan beberapa hormone lainnya sebagai “hormone perempuan”, karena perempuan memiliki kadar yang lebih tinggi (androgen dan estrogen adalah senyawa kimia; nama androgen dan estrogen tidak merujuk pada senyawa kimia tertentu). Akan tetapi, kedua jenis kelamin memiliki dua kelompok hormone tersebut. Progesterone adalah hormone lain yang terutama dimiliki oleh betina, berfungsi mempersiapkan nterus untuk implanisasi ovum yang telah difertilisasi dan memicu proses pemeliharaan kehamilan. Hormone seks mempengaruhi otak, organ kelamin dan organ-organ lainnya.
Umumnya tubuh jantan dan betina berbeda dalam berbagai aspek, termasuk perbedaan yang ada di dalam otak.
- ¬ Pengaruh Hormon Seks yang Mengatur
Kita membedakan pengaruh hormone seks antara pengaruh yang mengatur dan pengaruh yang mengaktivasi.
Pengaruh hormone seks yang mengatur, sebagian besar terjadi pada tahap sensitive perkembangan. Pada tikus, tak lama senelum dan setelah dilahirkan. Pada manusia jauh sebelum dilahirkan serta menentukan apakah otak dan tubuh berkembang menjadi jantan atau betina.
Pengaruh yang mengaktivasi dapat terjadi kapan saja sepanjang hidup, ketika hormone secara sementara mengaktivasi respon tertentu. Pengaruh yang mengaktivasi yang terjadi pada organ mungkin berlangsung lebih lama dari pada hormone yang berada di dalam organ, tetapi pengaruh terseut ada batasnya.
Perbedaan antara dua jenis pengaruh tersebut tidaklah mutlak. Pada masa awal kehidupan, hormone mengeluarkan engaruh yang bersifatsementara dikala hormone sedang mengatur perkembangan tubuh. Selama masa puber, hormone dapat menimbukan perubahan struktur yang bertahan lama dan juga pengaruh yang bersifat mengatur (Arnold & Breedlove, 1985; C. L. Williams, 1986).
- -Perbedaan Seks pada Hipotalamus
Selain mengendalikan perbedaan kelamin eksternal, hormone seks pada masa awal perkembangan juga melekat pada reseptor di bagian-bagian tertentu pada hipotalamus, amigdala, dan area-area otak lain (Shah dkk, 2004). Oleh sebab itu hormone-hormon tersebut akan memicu diferensiasi seks dalam hal anatomi dan fisiologi. Sebagai contoh, sebuah bagian di hipotalamus anterior yang dikenal dengan nama nucleus dimorfik seksual, berukuran berukuran lebih besar pada jantan dari pada betina dan berperan dalam pengendalian perilaku seksual jantan. Bagian-bagian hipotalamus betina dapat menghasilkan pola pelepasan hormone bersiklus, seperti pada siklus menstruasi betina. Hipotalamus jantan tidak dapat melakukan hal tersebut, begitu pula dengan hipotalamus betina yang telah terpapar testosterone tambahan pada masa perkembangan.
- -Perbedaan Seks pada Korteks Serebrum dan Kognisi
Hormone pada masa awal perkembangan juga dapat memperngaruhi korteks serebrum, mengendalikan laju apoptosis relative di berbagai area otak. Sebagai contoh, beberapa area otak secara proporsional berukuran lebih besar pada pria dan terdapat area otak lain yang secara proporsional berukuran lebih besar pada wanita (J. M. Goldstein, dkk, 2001; Nopoulos, Flaum, O’Leary & Anderson, 2000). Pria cenderung memiliki jumlah sebstansi putih yang lebih banyak dari pada wanita (Allen, Damasio, Grabowski, Bruss & Zhang, 2003). Secara rata-rata wanita memiliki kepadatan neuron yang lebih tinggi pada lobus temporal yang berperan penting dalam bahasa (Witelson, Glezer & Kigar, 1995). Area yang terkait bahasa lebih besar di belahan otak kiri dari pada di belahan otak kanan untuk kedua jenis kelamin, tetapi nilai perbedaan tersebut lebih besar pada wanita dari pada pria (Good dkk, 2001). Perbedaan berbagai area otak tersebut tidak terkait erat datu sama lain. Tiap area otak mengalami pendewasaan pada waktu dan laju yang berbeda, sehingga kita mungkin mendapat suatu tipikal otak wanita dan tipikal otak pria (Woodson & Gorski, 2000).
- ¬ Pengaruh Hormon Seks yang Mengaktivasi
Kadar testosterone atau estradional mengeluarkan pengaruh yang mengaktivasi sehingga mengibah perilaku sevara sementara, bukan saja pada masa awal periode sensitive, tetapi juga pada tiap saat dalam hidup. Perilaku juga dapat mempengaruhi sekresi hormone. Sebagai contoh, ketika merpati saling bercumbu, tiap tahap perilaku mereka memicu perubahan hormone yang mengubah kesiapan merpati tersebut untuk rangkaian perilaku berikutnya (C. Erickson & Lehrman, 1964; Martinez, Vargas & Erickson, 1973).
- Manusia
Walaupun ketergantungan manusia terhadap kadar hormone seksual lebih kecil disbanding spesies-spesies lain, perubahan hormone dapat meningkatkan ataupun menurunkan kegairahan seksual. Hormone seksual tersebut juga mempengaruhi beberapa system otak yang fungsinya tidak langsung berkaitan dengan seks.
- Pria
Pada pria, kenikmatan seksual tertinggi terjadi ketika kadar testosterone berada pada level tertinggi, yaitu sekitar umur 15-25 tahun. Hormone oksitosin juga berperan dalam kenikmatan seksual. Tubuh melepaskan oksitosin dalam jumlah yang besar selama orgasme berlangsung. Konsentrasinya di dalam darah dapat mencapai tiga kali di atas kadar normal dalam darah. Beberapa studi mendukung adanya hubungan antara oksitosin dan kenikmatan seksual (M. R. Murohy, Checkley, Seckl & Lightman, 1990).
- Wanita
Kelenjar hipotalamus dan pituitary wanita berinteraksi dengan ovarium untuk mrnghasilkan siklus menstruasi, sebuah periode ketika kadar hormone dan kesuburan mengalami perubahan yang berlangsung sekitar 28 hari. Setelah akhir periode menstruasi, pituitary anterior melepaskan follicle stimulating hormone (FSH) yang akan memicu pertumbuhan folikel dalam ovarium. Folikelakan (merawat) memberi nutrisi kepada ovum dan menghasilkan beberapa tipe estrogen, termasuk estradiol. Pada pertengahan siklus menstruasi, folikel membentuk reseptor FSH terus-menerus.
Oleh karena itu, walaupun terjadi penurunan konsentrasi FSH di dalam darah, pengaruh FSH pada folikel justru meningkat. Sebagai akibatnya, folikel memproduksi estradiol dalam jumlah yang semakin banyak. Meningkatnya pelepasan estradiol akan menyebabkan meningkatnya pelepasan FSH dan juga pelepasan luteinzing hormone (LH). Gabungan dari pengaruh FSH menyebabkan folikel melepaskan ovum.
- Variasi Perilaku Seksual
Tiap individu memiliki perbedaan dalam frekuensi aktivitas seksual, preferensi tipe aktivitas seksual dan orientasi seksual. Aktivitas seksual berlangsung dalam ranah pribadi sehingga kita tidak menyadari betapa beragamnya hal tersebut. Pada bagian ini kami akan membagi sebagian keragaman tersebut, tetapi sebelumnya kami akan menjelaskan sebagian tentang perbedaan umum antara pria dan wanita. Beberapa peneliti telah mencoba untuk mendeskripsikan perbedaan tersebut dan mungkin juga telah mencoba untuk menjelaskannya dengan sudut pandang evolusi. Oleh karenanya penjelasan yang diajukan kemungkinan besar akan menuai pro-kontra yang menarik dan kontroversial.
- Interpretasi Evolusi Perilaku Pemilihan Pasangan
Berikut ini merupakan pengamatan tentang hal umum. Pertama, pria lebih mungkin memiliki partner seks lebih dari satu, terutama untuk partner hubungan singkat. Kedua, wanita lebih mungkin mempertimbangkan potensi pendapatan yang dimiliki pasangan, sementara pria lebih mungkin mempertimbangkan kemudaan pasangan. Ketiga, pria umumnya memperlihatkan kecemburuan yang lebih besar jika ada indikasi penyelewengan seksual.
- Apa yang Dicari oleh Pria dan Wanita dari Pasangannya
Pria dan wanita sama-sama mendambakan pasangan yang sehat, pintar, jujur dan menarik secara fisik. Wanita memiliki ketertarikan tambahan yang berbeda dari pria.
Pada sebagian besar wanita menginginkan pasangan yang dapat menjadi pemberi nafkah. Kecenderungan tersebut sangat kuat pada lingkungan yang wanitanya tidak memiliki mata pencaharian sendiri. Akan tetapi, di semua lingkungan yang diketahui, ketertarikan wanita terhadap kekayaan dan kesuksesan pria lebih besar dari pada ketertarika pria terhadap kekayaan dan kesuksesan wanita (Buss, 2000).
Sedangkan pria cenderung memiliki prefensi yang kuat untuk mencari pasangan yang lebih muda darinya. Sebuah penjelasan dari sisi evolusi adalah, wanita yang lebih muda kemungkinan besar lebih subur dari pada wanita yang lebih tua, sehingga seorang pria dapat menyebarkan gennya jika berhubungan dengan wanita muda. Pria akan tetap subur hingga usia tua sehingga wanita tidak terlalu bersikeras mengenai kemudaan.
Sebuah interpretasi berlawanan menyatakan bahwa wanita juga memliki preferensi terhadap pria yang lebih muda darinya. Tetapi pada kenyataannya, hanya pria yang lebih tua yang memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk menikah.
- - Perbedaan dalam Hal Kecemburuan
Pria mungkin memiliki kecemburuan yang lebih tinggi terhadap penyelewengan seksual istri dibanding kecemburuan istri terhadap penyelewengan seksual suami. Pria ingin menurunkan gennya (proses kunci dalam evolusi), maka pria tersebut harus benar-benar yakin bahwa anak yang dia rawat adalah anaknya. Istri yang tidak setia mengancam kepastian tersebut. Jika seorang wanita melahirkan seorang anak, maka anak tersebut sudah bias dipastikan anaknya, sehingga wanita tidak memiliki kekhawatiran yang sama.
Satu cara untuk menguji interpretasi ini adalah dengan membandingkan budaya. Perlakuan terhadap penyelewengan seksual berbeda di tiap budaya, kisarannya mulai dari penerimaan hubungan seks di luar nikah hingga pelanggaran tegas. Akan tetapi, walaupun pada beberapa budaya hubungan seks di luar nikah yang dilakukan laki-laki lebih dapat diterima, sejauh ini tidak ada budaya yang menganggap hal tersebut lebih dapat ditoleransi jika dilakukan oleh wanita.
Sebagian besar pria dan wanita yang telah secara langsung mengalami situasi dengan pasangan yang tidak setia, mengatakan bahwa mereka lebih marah jika pasangan mereka menjadi lebih inrim secara emosional dengan orang lain dari pada penyelewengan seksual (C. H. Harris, 2002).
- Identitas Gender
Identitas gender adalah bagaimana pikiran dan rasa seseorang mengenai gendernya sendiri. Identitas gender seseorang dapat selaras dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir atau justru sepenuhnya berbeda. Seluruh masyarakat memiliki serangkaian kategori gender yang berperan sebagai dasar pembentukan identitas sosial seseorang serta dalam hubungannya dengan orang lain. Di kebanyakan masyarakat, perbedaan yang paling sederhana ada pada sifat-sifat yang terkait dengan gender laki-laki dan perempuan yang disebut pula sebagai binari gender yang dianut oleh kebanyakan orang. Gagasan tersebut juga mendorong penyesuaian hal-hal yang dinilai maskulin dan feminin di segala aspek seks dan gender: seks biologis, identitas gender, dan ekspresi gender. Sementara itu, di beberapa masyarakat terdapat individu-individu yang tidak mengidentifikasi dirinya terhadap sebagian atau keseluruhan dari aspek gender yang ditunjuk kepada mereka berdasarkan seks biologis mereka. Beberapa dari individu tersebut tergolong sebagai orang transgender atau genderqueer. Di beberapa masyarakat lainnya pula, terdapat kategori gender ketiga.
Identitas gender inti seseorang umumnya terbentuk saat usia tiga tahun. Setelah usia tiga tahun, akan sangat sulit untuk mengubah identitas gender sementara jika dilakukan usaha pengubahan dapat menyebabkan timbulnya disforia gender. Baik faktor biologis maupun faktor sosial telah digagas sebagai hal yang berpengaruh dalam pembentukan identitas gender.
- Waktu Pembentukan
Martin dan Ruble (2004) merumuskan proses perkembangan tersebut ke dalam tiga tahap yaitu pada masa kanak-kanak dan balita, anak mempelajari karakteristik-karakteristik serta aspek dari gender, pada sekitar umur 5–7 tahun, identitas terbentuk dan menjadi rumit, dan setelah "puncak kerumitan" tersebut, fluiditas kembali dan peran-peran gender yang selama ini telah ditentukan di lingkungan mengendur. Newmann (2014) sementara itu mengajukan empat tahapan yaitu pemahaman konsep gender, pembelajaran oleh anak mengenai standar dan stereotip peran gender, identifikasi terhadap orang tua, dan pembentukan preferensi gender.
- Pengaruh pembentukan berdasarkan biologis
Pengaruh hormon merupakan faktor yang kompleks. Hormon penentu seks diproduksi pada tahap awal perkembangan janin. Jika tingkat hormon tersebut berubah, perkembangan fenotip janin juga dapat berubah sehingga kecenderungan alami dari otak terhadap jenis kelamin tertentu dapat tidak sesuai dengan susunan genetik janin maupun organ seksualnya. Hormon dapat mempengaruhi perbedaan kemampuan spasial dan verbal, ingatan, dan keagresifan antara anak laki-laki da perempuan. Hormon prenatal mempengarui bagaimana hipotalamus di otak mengatur sekresi hormon di kemudian hari, dengan hormon wanita umunya mengikuti siklus bulanan sementara hormon pria tidak.
DAFTAR PUSTAKA :
Kalat, J.W. (2012).Biopsikologi:Biological Psychology. Jakarta : Salemba Humanika.
DAFTAR PUSTAKA :
Kalat, J.W. (2012).Biopsikologi:Biological Psychology. Jakarta : Salemba Humanika.
Komentar
Posting Komentar