BAB 13 FUNGSI KOGNITIF




Fungsi Kognitif


Lateralisasi Fungsi
·      Handedness dan Genetikanya
            Lebih dari 90% dari seluruh manusia-merupakan manusia kinan. Mereka lebih memilih menggunakan tangan kanan untuk menulis, menyuap, melempar, menjahit, menggergaji, memotong, dan lain sebagainya. Sementara sisanya, sekitar 9-10% dari seluruh manusia meruakan manusia kidal, tetapi sebagian besar merupakan manusia ambidekstrus yang dapat menggunakan tangan kiri untuk sebagian kegiatan dan menggunakan tangan kanan untuk kegiatan yang lain. Peneliti membedakan antara manusia kinan dan kidal atau manusia “bukan kinan sepenuhnya”. Apapun cara pembedanya, manusia yang bukan kinan akan membentuk sebuah kelompok heterogen.
            Manusia menjadi kinan atau kidal karena berbagai alesan, termasuk adanya kerusakan atau gangguan pada belahan otak kiri pada saat kelahiran atau ketika bayi.peran genetika dalam hal ini telah lama membuat bingung. Pasangan orang tua kidal terkadang memiliki anak kinan dan yang lebih jarang terjadi, yaitu pasangan orang tua kinan memiliki anak kidal.
·      Belahan Otak Kiri dan Kanan
Korteks serebrum belahan otak kiri terutama terhubung dengan reseptor pada kulit dan otot sisi tubuh bagian kanan, kecuali otot-otot batang tubuh dan wajah yang diatur oleh kedua belahan otak. Belahan otak kiri hanya melihat sisi kanan dunia. Belahan otak kanan terhubung dengan reseptor sensoris dan otot sisi kiri tubuh. Belahan otak kanan hanya melihat sisi kiri dunia. Tiap belahan otak mendapat informasi auditori dari kedua telinga, tetapi informasi yang lebih besar berasal dari telinga pada sisi kontralateral (berlawanan). Pengecualian dari pola input bersilang ini adalah input pengecapan dan penciuman. Tiap belahan otak menerima informasi cita rasa dari sisi lidah yang sesuai dan mendapat informasi penciuman dari sisi lubang hidung yang sesuai.
·      Belahan Otak: Kompetisi dan Kerja Sama
Tiap belahan otak individu split-brain memproses informasi secara terpisah. Minggu-minggu awal setelah dilakukannya operasi (pemotongan korpus kolosum), kedua belahan otak berlaku layaknya dua individu yang berbeda. Satu orang pasien split-brain mengambil barang dari rak pusat erbelanjaan menggunakan satu tangan, kemudian mengembalikannya lagi denan tangan satunya secara berulang-ulang.
·      Perbedaan Anatomi Antar-belahan Otak
Otak manusia telah terspesialisasi untuk memoerhatikan suara bahasa. Jika anda menyimak sebuah suku kata yang berulang (“pak, pak, pak, pak...”) dan kemudian mendadak huruf vokalnya berubah (“... pak, pak, pak, pek...”), perubahan tersebut akan menarik perhatian kita dan akan membangkitkan respons listrik yang lebih besar jika diukur pada kulit kepala Anda. Perubahan suku kata pak menjadi pek juga meningkatkan respons rangsangan pada bayi, bahkan seorang bayi prematur yang dilahirkan 30 minggu setelah pembuahan. Ternyata manusia memperhatikan suara bahasa mulai dari awal perkembangannya.

Evousi dan Fisiologi Bahasa
Komunikasi dapat ditemukan pada berbagai jenis hewan melalui media visual, auditori, taktil, atau kimiawi (feromon). Bahasa manusia sangat berbeda dari bentuk kemonikasi lainnya karena produktivitasnya, yaitu sebuah kemampuan untuk menghasilkan sinyal baru untuk mewakili ide yang baru. Seekor monyet memiliki satu panggilan untuk menandakan “berlindung, ada elang atau alap-alap dilangit” dan panggilan lain yang menandakan “hati-hati ada ular di tanah”. Namun monyet tersebut tidak da[at mengeluarkan panggilan yang menandakan “ada ular di pohon di atasmu” atau “elang hinggap di tanah”. Manusia dapat mendiskusikan beragam peristiwa dan menemukan ekspresi baru apabila dibutuhkan.
·      Prekusor Bahasa pada Spesien Bukan Manusia
            Evolusi jarang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru. Sayap kelelawar adalah tangan yang termodifikasi, dan duri-duri landak adalah rambut yang termodifikasi. Oleh karena itu, kita menduga bahwa bahasa merupakan modifikasi dari sesuatu yang dapat kita lacak dari kerabat kita yang terdeka., yaitu simpanse.
·      Bonobo
Penelitian seperti yang sudah disebutkan sebelumnya membuat peneliti skeptis akan bahasa pada simpanse. Kemudian, muncul hasil yang mengejutkan dari studi yang dilakukan terhadap spesies yang terancam punah, yaitu, pan paniscus, dikenal dengan sebutan bonobo atau simpanse kerdil (nama ang membingungkan, karena ukuran tubuh mereka sama dengan simpanse biasa).
            Hierarki sosial bonobo mirip dengan hierarki sosial manusia dalam beberapa hal. Hewan jantan dan betina membentuk ikatan pribadi yang kuat, terkadang berlangsung seumur hidup. Bonobo sering kari melakukan kopulasi berhadapan. Hewan betina respomsif secara seksual hampir sepanjang hari dan tidak terbatas pada masa suburnya saja. Hewan jantan memberikan kontribusi signifikan terhadap pemeliharaan anak. Hewan dewasa sering kali berbagi makanan dengan hewan lain. Bonobo dapat berdiri dengan nyaman menggunakan kaki belakangnya. Singkatnya, bonobo lebih menyerupai manusia daripada primata lainnya.
·      Bahasa sebagai Produk Kecerdasan secara Keseluruhan
Manusia memiliki otak yang besar sehingga dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan bahasa merupakan produk sampingan dari peningkatan kecerdsan yang tidak disengaja. Hipotesis yang disajikan dalam bentuk paling sederhana ini menghadapi banyak problem.
Problem Pertama   : Manusia dengan Ukuran Otak Normal dan Gangguan Bahasa
Problem Kedua                    : Sindrom Williams

·      Kerusakan Otak dan Bahasa
Hampir setiap anak yang dapat mengembangkan bahasa sehingga berkesimpulan bahwa otak manusia terspesialisasi untuk pembelajaran bahasa. Sebagian besar pengetahuan kita mengenai mekanismeotak untuk bahasa berasal dari studi terhadap penderita kerusakan otak.

·      Afasia Broca (Afasia Tidak Lancar)
Pada tahun 1861, seorang ahli bedah Francis bernama Paul Broca mengobati gangren, seorang pasien yang telah menjadi bisu selama 30 tahun. Ketika pasien tersebut meninggal dunia lima tahun kemudian, Broca melakukan autopsi dan menemukan adanya balur pada korteks frontal pasien tersebut. Beberapa tahun kemudian, Broca memeriksa otak pasien-pasien lain penderita afasia (gangguan bahasa parah). Pada hampir semua kasus, Broca menemukan adanya kerusakan pada area yang sama, yaitu bagian dari lobus frontal pada korteks sereblum sebelah kiri di dekat korteks motor yang dikenal dengan nama area Broca
·      Afasia Wernicke (Afasia Lancar)
Pada tahun 1874, Carl Wernicke yang berumur 26 tahun adalah seorang asisten muda di sebuah rumah sakit di Jerman. Wernicke mengungkapkan bahwa kerusakan pada bagian korteks temporai belahan otak kiri menyebabkan gangguan bahasa yang berbeda (dari afasia Broca). Walaupun pasien dapat bicara atau menulis, pemahaman bahasa mereka buruk. Kerusakan pada dan disekitar area Wernicke yang terletak di bagian auditori korteks sereblum menyebabkan afasia Wernicke, yang ditandai dengan adanya gangguan pada kemampuan untuk mengingat nama objek dan pemahaman bahasa.afasia Wernicke dikenal juga dengan afasia lancar karena penderita masih dapat berbicara dengan lancar

DAFTAR PUSTAKA :
Kalat, J.W. (2012).Biopsikologi:Biological Psychology. Jakarta : Salemba Humanika. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB 10 PERILAKU REPRODUKSI

BAB 3 ANATOMI SISTEM SARAF

BAB 9 PENGENDALIAN INTERNAL