BAB 2 : SINAPSIS

SINAPSIS

Konsep Sinapsis

Akhir tahun 1800-an, Ramon y Cajal secara anatomi berhasil memeragakan sebuah celah sempit yang memisahkan satu neuron dengan neuron lain. Secara fisiologi.
Charles Scott Sherrington memeragakan bahwa komunikasi antar neuron berbeda dengan komunikasi di sepanjang sebuah akson. Sherington menyimpulkan adanya celah antar neuron, kemudian istilah sinapsis digunakan untuk merujuk pada celah tersebut. 
Cajal dan Sherrington dihormati sebagai pelopor utama neurosains. Penemuan mereka yang terjadi hampir bersamaan, ternyata membuat mereka saling mendukung satu sama lain. Jika komunikasi antar neuron sangat istimewa, maka tidak diragukan lagi bahwa secara anatomi, tiap-tiap neuron berdiri sendiri. 
Penemuan Sherrington meruakan hal yang luar biasa dalam penalaran ilmiah, karena ia menggunakan observasi perilaku untuk menunjukan karakteristik utama sinapsis, di saat setengah abad yang lalu sebelum para peneliti memiliki teknologi yang dapat mengukur karakteristik tersebut secara tepat.




Anatomi pada gambar telah disederhanakan untuk memperlihatkan hubungan antara neuron sensorik, neuron intrinsik, dan neuron motorik.


SIFAT-SIFAT SINAPSIS

Sumasi  Temporal
            Penelitian Sherrington terhadap busur refleks menunjukan bahwa pemberian stimulus berulang dalam jeda singkat dapat menghasilkan efek kumulatif. Sherrington menyebut fenomena tersebut sebagai sumasi temporal.

Sumasi Spasial
            Sumasi Spasial adalah gabungan efek beberapa input sinaptik yang berasal dari lokasi berbeda pada satu neuron. Sherrington melakukan percobaan mencubit kaki anjing  yang menggunakan cubitan lemah. Kali ini alih-alih mencubit berulang-ulang pada satu lokasi, Sherrington mencubit pada dua lokasi secara bersamaan. Sherrington menyimpulkan bahwa cubitan yang dilakukan pada lokasi yang berbeda telah mengaktivasi dua neuron sensor yang akson-aksonnya tergabung dalam satu neuron didalam sumsum tulang belakang

Sinapsis Inhibitor
            Ketika Sherrington mencubit salah satu kaki anjing secara berulang-ulang dengan sepenuh tenaga, otot fleksor kaki yang diberi stimulus dan otot ekstensor pada ketiga kakilain sama-sama berkontraksi. Pada saat yang bersamaan, otot ekstensor kaki yang diberi stimulus dan otot fleksor ketika kaki lain yang akan berelaksasi. Sherrington menjelaskan peristiwa tersebut dengan mengansumsikan bahwa terjadi hubungan khusus di dalam sumsum tulang belakang.
           




Peristiwa Kimiawi pada Sinapsis

Penemuan Transmisi Kimiawi pada Sinapsis
         Sebuah sistem saraf yang disebut sebagai sistem saraf simpatetik dapat meningkatkan irama jantung, merelaksasi otot perut, mendilatasi pupil mata, dan lain sebagainya. Seorang peneliti muda inggris bernama T.R Elliot pada tahun 1905 melaporkan fakta yang ditemukannya, bahwa pemberian hormon adrenalin pada permukaan jantung , otot perut, dan pupil mata akan menghasilkan efek yang sama seperti sistem saraf simpatetik. Elliot kemudian menyimpulkan bahwa saraf simpatetik bekerja dengan cara mengeluarkan hormon adrenalin atau senyawa kimia sejenis.

Urutan Peristiwa Kimiawi pada Sinapsis

1.     Neuron menyintesis zat kimia yang akan berfungsi sebagai neurontransmiter. Neuron menyintesis neurontransmiter yang berukuran lebih kecil pada ujung-ujung akson dan menyintesis neurontransmiter yang berukuran lebih besar (peptida) pada badan sel.

2.     Neuron mentransportasi neurontransmiter peptida ke arah ujung-ujung akson. (Neuron tidak mentransportasikan neurontransmiter yang berukuran kecil karena ujung-ujung akson adalah tempat pembuatannya).

3.     Potensial aksi berkonduksi di sepanjang akson. Potensial aksi pada terminal postsinaptik menyebabkan ion kalsium dapat memasuki neuron. Ion kalsium melepaskan neurontransmiter dari terminal postsinaptik ke celah sinaptik. Celah sinaptik adalah rongga antara neuron prasinaptik dan neuron postsinaptik.

4.     Molekul neurontransmiter yang telah dilepaskan, berdifusi lalu melekat dengan reseptor sehingga mengubah aktivasi neuron postsinaptik.

5.     Selanjutnya, neurontransmiter melepaskan diri dari reseptor. Neurontransmiter dapat diubah menjadi zat kimia yang tidak aktif tergantung pada zat kimia penyusunnya.

6.     Melekul neurontransmiter dapat dibawa kembali ke neuron prasinaptik untuk didaur ulang atau dapat berdifusi dan hilang. Pada beberapa kasus, vesikel yang ksoong akan di transportasi kembali ke badan sel.


7.     Meskipun belum ada penelitian yang benar-benar memberi jawaban, tetapi neuron postsinaptik mungkin melepaskan pesan-pesan umpan balik negatif yang akan memperlambat pelepasan neurontransmiter baru oleh neuron prasinaptik

DAFTAR PUSTAKA :
Kalat, J.W. (2010) .Biopsikologi:Biological Psychology. Jakarta : Salemba Humanika. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB 3 ANATOMI SISTEM SARAF

BAB 7 PERGERAKAN

BAB 10 PERILAKU REPRODUKSI